Senin, 16 Mei 2011

Hot Money Dalam Perekonomian Indonesia

Ekonomi Indonesia bergantung dari hot money

Demikian disampaikan oleh Kepala Econit Rizal Ramli dalam acara Econit Economic Outlook 2010 di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (14/1).
Menurut Rizal, pada tahun 2010, ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,7%. Tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut lebih tinggi dari tahun 2009, yang hanya 4,4%. Namun, tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut relatif rendah dibandingkan dengan potensinya dan diperkirakan kembali akan berkualitas rendah.
Rizal menyatakan seperti tahun 2009, ekonomi Indonesia akan kembali dipicu dana spekulatif jangka pendek dan utang berbunga tinggi, serta kenaikan harga komoditas. Di samping itu, ekonomi Indonesia akan mengalami pemulihan lamban dengan kualitas pertumbuhan yang juga rendah.
“Pemulihan ekonomi sangat tergantung pada hot money , high cost debt , dan commodity price , akan menjadikan ekonomi Indonesia menjadi sangat fragile (rapuh) pada tahun 2010,” ujarnya.
Rizal menyebut tahun 2010 sebagai ‘Tahun Penentuan’ karena berbagai akumulasi masalah hukum dan politik yang terjadi pada akhir tahun 2009 seperti kasus Bibit-Chandra, Antasari, dan Bank Century yang akan memberi dampak sosial politik yang cukup besar tahun 2010.
Namun, Rizal melanjutkan, kasus-kasus tersebut memberikan dampak sangat kecil terhadap ekonomi Indonesia karena pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 akan relatif lebih baik dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini disebabkan ekonomi dunia mulai pulih dan karena ketergantungan ekonomi riil pada konsumsi masyarakat dan harga komoditas.
“Kalau kasus Bank Century berlanjut, pertumbuhan ekonomi Indonesia rusak gak sih? Ya kagak!! Yang rusak menterinya. Tidak ada efek terhadap ekonomi riil tapi ada efeknya terhadap bursa,” tegasnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar